13,77 Juta Ton Sampah Terbengkalai, Siapa Peduli?

GalaPos ID, Jakarta.
Indonesia sedang tenggelam dalam lautan sampah—dan banyak yang memilih pura-pura tidak melihat. Di tahun 2024 saja, 34 juta ton sampah diproduksi, dengan 13,77 juta ton di antaranya tak pernah sampai ke tempat pengelolaan yang semestinya.
Angka itu bukan sekadar statistik; itu setara dengan 1,7 juta truk sampah yang berjajar dari Jakarta ke London—dan kembali lagi.

13,77 Juta Ton Sampah Tak Terkelola, Indonesia Hadapi Krisis Lingkungan

“Bayangkan 1,7 juta truk sampah beriringan, dua kali panjang Jakarta ke London. Inilah kenyataan yang dihadapi Indonesia hari ini—dan 45 persen di antaranya adalah sisa makanan dari rumah sendiri.”

Baca juga:

Gala Poin:
1. Indonesia menghasilkan 34 juta ton sampah pada 2024, dengan 13,77 juta ton tak terkelola.
2. 45% sampah merupakan sisa makanan rumah tangga, yang menimbulkan masalah lingkungan dan pengelolaan.
3. Pemerintah mulai dorong pendekatan ekonomi sirkular sebagai solusi masa depan.


Masalahnya bukan hanya pada volume, tapi pada sistem yang tampaknya sudah terlalu usang untuk mengimbangi realitas.

Ketika hampir separuh dari limbah itu adalah sisa makanan dari dapur rumah tangga sendiri, pertanyaan kritis pun muncul: mengapa kampanye kesadaran dan perubahan gaya hidup tak kunjung membuahkan hasil?

Dan lebih penting lagi—apa yang sesungguhnya sedang dilakukan negara ini, selain sekadar mengimbau?

Baca juga:
Sinergi DPR dan Kemenpar Kembangkan Wisata Kreatif Trenggalek

Indonesia menghasilkan 34 juta ton sampah sepanjang tahun 2024. Dari jumlah tersebut, 13,77 juta ton tidak terkelola—angka yang setara dengan 1,7 juta truk sampah berjajar dari Jakarta ke London dan kembali.

Masalah ini diangkat dalam Livetalk Series bertema “Indonesia Dililit Masalah Sampah: Dari Pantai hingga Puncak Gunung, Saatnya Berbenah”, yang digelar oleh Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu, 23 Juli 2025.

Sugasri, mahasiswa S2 dan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyampaikan pentingnya mengubah paradigma pengelolaan sampah dari model kumpul-angkut-buang menjadi ekonomi sirkular.

Sampah Makanan Dominasi Limbah Rumah Tangga, Solusi Ekonomi Sirkular Didorong
Foto: Unair


“Sampah bukan lagi beban, melainkan sumber daya. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya untuk residu, bukan tempat menimbun semuanya,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ficky D. Fauzia membeberkan fakta mengejutkan: mayoritas sampah berasal dari rumah tangga, dan 45% merupakan sisa makanan.

Sampah makanan, menurutnya, menimbulkan bau, mencemari lingkungan, dan menyulitkan pengelolaan.

Baca juga:
Lisa Mariana Tes DNA, Taruhan Harga Diri dan Klaim Kebenaran

Sayangnya, di tengah gempuran volume sampah yang meningkat setiap tahun, pengelolaan masih terbentur minimnya fasilitas, keterbatasan anggaran, dan kesadaran masyarakat yang rendah.

Kondisi ini menunjukkan urgensi sistem baru. Ekonomi sirkular bukan sekadar jargon, melainkan keniscayaan untuk menyelamatkan lingkungan dari krisis yang tak lagi bisa ditunda.

 

Baca juga:
CSR untuk Rakyat, Mengalir ke DPR dan Berubah Jadi Properti Mewah?”

“Sampah di Indonesia sudah dalam kondisi darurat. Dengan 13,77 juta ton tak terkelola pada 2024, pendekatan konvensional dinilai gagal. Pemerintah mulai dorong ekonomi sirkular.”

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #SampahIndonesia #DaruratLimbah #EkonomiSirkular

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال