Rp25 M Digelontorkan, Cetak Sawah di Enggano Siapa yang Kawal?

GalaPos ID, Bengkulu.
Gubernur Helmi Hasan dijadwalkan meluncurkan Program Cetak Sawah Baru di Pulau Enggano pada minggu ketiga Juli 2025. Rencana ini diumumkan oleh Wakil Gubernur Mian dalam pertemuan bersama warga Desa Banjar Sari, Kamis, 10 Juli  2025.
Program cetak sawah 2.000 hektare senilai Rp78 miliar didanai DIPA, dengan 30 persen dana dialokasikan untuk Pulau Enggano.
 

Program cetak sawah senilai Rp25 miliar diluncurkan di Pulau Enggano. Tapi di balik ambisi besar itu, muncul kekhawatiran soal lingkungan, transparansi anggaran, dan keterlibatan militer di wilayah sipil.

“Dengan dana Rp25 miliar, ratusan hektare sawah akan dicetak di Enggano. Namun, di balik janji panen tiga kali setahun, warga mempertanyakan: siapa yang benar-benar diuntungkan?”

Baca juga:

Gala Poin:
1. Enggano akan menerima Rp25 miliar untuk cetak sawah dari total dana Rp78 miliar yang diperoleh Pemprov Bengkulu.
2. Program didukung TNI dan Polri, tetapi belum ada kajian lingkungan atau transparansi anggaran yang terbuka ke masyarakat.
3. Petani lokal berharap produktivitas meningkat, tetapi belum ada dukungan teknis, pelatihan, atau jaminan keberlanjutan.


Program cetak sawah merupakan hasil dari audiensi Gubernur Helmi Hasan bersama Kementerian Pertanian yang menghasilkan alokasi lahan 2.000 hektare untuk Bengkulu.

Dari jumlah itu, Enggano mendapatkan bagian, khususnya di Desa Banjar Sari.

“Terobosan Bapak Gubernur Helmi Hasan dalam audiensi bersama Kementerian Pertanian membuahkan hasil. Alhamdulillah, program cetak sawah ini memperoleh DIPA senilai hampir Rp78 miliar, dan untuk Enggano dialokasikan sekitar 30 persen atau Rp25 miliar,” ujar Mian, dikutip Jumat, 11 Juli 2025.

Baca juga:
Peluang Usaha Reptil, Cuan Bisnis Alternatif Anak Muda

Proyek ini didukung oleh TNI dan Polri dalam rangka pengembangan wilayah perbatasan.

“Nanti akan dilaunching oleh Pak Gubernur di minggu ketiga bulan Juli bersama Pak Danrem. Ekskavatornya sudah mulai bekerja untuk mendukung proses cetak sawah,” tambahnya.

Kepala Desa Banjar Sari, Susanto, menyebut wilayahnya memiliki 80 hektare sawah, dengan 60 hektare yang telah diolah. Ia berharap produktivitas dapat ditingkatkan.

“Kami punya tiga areal persawahan seluas 80 hektare, dan yang sudah diolah sekitar 60 hektare. Ke depan, kami akan maksimalkan agar bisa panen tiga kali setahun. Saat ini, kami baru panen dua kali,” jelas Susanto.

Cetak Sawah di Enggano: Investasi Besar, Tapi Banyak Tanda Tanya

Namun, berbagai pihak mulai menyoroti sejumlah persoalan dalam proyek ini. Hingga saat ini, belum ada kajian lingkungan yang diumumkan ke publik.

Padahal, wilayah Enggano dikenal sebagai ekosistem yang sensitif dan penting secara ekologis.

Selain itu, keterlibatan aparat berseragam dalam program pertanian menimbulkan pertanyaan serius terkait batas sipil dan militer.

Baca juga:
Data Diperjualbelikan, Warga Jadi Korban & Pelaku Judol

Dominasi kontrol keamanan dalam program sipil dapat membatasi ruang partisipasi masyarakat.

Tak hanya itu, warga juga berharap menerima informasi utuh soal mekanisme penggunaan dana Rp25 miliar. Tanpa pengawasan publik yang jelas, proyek besar seperti ini berisiko disalahgunakan.

Kritik lainnya datang dari kalangan petani. Mereka belum mendapat pelatihan, bantuan teknologi pertanian, atau sistem irigasi memadai. Jika ini terus dibiarkan, target panen tiga kali setahun akan sulit terwujud dan bisa menimbulkan kekecewaan luas.

 

 

Baca juga:
Ekspor Reptil dari Tuban! Langkah Kecil, Dampak Besar

“Pemerintah Provinsi Bengkulu akan mencetak sawah baru di Pulau Enggano senilai Rp25 miliar. Program ini diharapkan mendorong ketahanan pangan, tapi kritik mencuat soal transparansi anggaran, dampak lingkungan, dan partisipasi warga lokal.”

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #SawahEnggano #TransparansiAnggaran #KritikPembangunan