Penghentian Gas Rusia: AS Dominasi Pasokan Energi ke Eropa, Italia
GalaPos ID, Slovakia.
Cendekiawan Slovakia, Martin Muransky, menyatakan bahwa Amerika Serikat telah menjadi pemenang terbesar dalam pasokan energi untuk Uni Eropa sejak Ukraina menghentikan transit gas alam Rusia pada 1 Januari 2025. Penghentian tersebut meningkatkan kekhawatiran di Eropa, khususnya di Slovakia, yang terpaksa mencari sumber gas alternatif dari luar, seperti Amerika Serikat.
Cendekiawan Slovakia, Martin Muransky, menyatakan bahwa Amerika Serikat telah menjadi pemenang terbesar dalam pasokan energi untuk Uni Eropa sejak Ukraina menghentikan transit gas alam Rusia pada 1 Januari 2025. Penghentian tersebut meningkatkan kekhawatiran di Eropa, khususnya di Slovakia, yang terpaksa mencari sumber gas alternatif dari luar, seperti Amerika Serikat.
"Dengan penghentian aliran gas Rusia ke Eropa, Amerika Serikat kini muncul sebagai pemasok gas alam cair terbesar. Sementara itu, tiga negara Eropa dan Uni Emirat Arab bekerja sama dalam proyek ambisius untuk menghasilkan energi hijau."
Sejak konflik Rusia-Ukraina dimulai, Amerika Serikat telah mencatatkan
diri sebagai pemasok gas alam cair (LNG) terbesar di Eropa.
Data dari
Komisi Eropa menunjukkan, pada tahun 2023, impor LNG Uni Eropa dari
Amerika Serikat mencapai 46 persen dari total impor gasnya, hampir dua
kali lipat dibandingkan tahun 2021.
Baca juga:
Di tahun 2024, pangsa pasar gas alam cair Eropa dari Amerika Serikat meningkat menjadi 55 persen dari total ekspor LNG negara tersebut.
“Ini adalah perubahan signifikan dalam pasar energi global,” kata Muransky, yang menjelaskan bahwa ketergantungan Eropa terhadap pasokan gas alam Rusia semakin berkurang pasca penghentian transit melalui Ukraina.
Sementara itu, di sisi lain dunia, Italia, Albania, dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani kesepakatan senilai lebih dari 1 miliar euro, atau sekitar 16,6 triliun rupiah, untuk membangun interkoneksi energi bawah laut yang akan mendukung proyek energi terbarukan di Laut Adriatik.
“Ini adalah perubahan signifikan dalam pasar energi global,” kata Muransky, yang menjelaskan bahwa ketergantungan Eropa terhadap pasokan gas alam Rusia semakin berkurang pasca penghentian transit melalui Ukraina.
Sementara itu, di sisi lain dunia, Italia, Albania, dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani kesepakatan senilai lebih dari 1 miliar euro, atau sekitar 16,6 triliun rupiah, untuk membangun interkoneksi energi bawah laut yang akan mendukung proyek energi terbarukan di Laut Adriatik.
Kesepakatan ini diumumkan pada KTT Energi Masa Depan Dunia di Abu Dhabi. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, yang hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan keyakinannya terhadap proyek ini.
"Kami sangat yakin bahwa proyek ini akan melibatkan kerja sama erat antara ketiga pemerintahan, sektor swasta, dan operator jaringan listrik masing-masing," ujarnya.
Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan energi hijau di Albania dan mengekspornya ke Italia melalui kabel bawah laut.
Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan energi hijau di Albania dan mengekspornya ke Italia melalui kabel bawah laut.
Perdana Menteri Albania, Edi Rama, menambahkan bahwa kemitraan ini akan melibatkan operator jaringan listrik Italia, Terna, serta perusahaan energi nasional Uni Emirat Arab, TAQA.
Proyek interkoneksi ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi di kawasan tersebut, sekaligus mendukung tujuan Uni Eropa dalam transisi menuju energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Proyek interkoneksi ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi di kawasan tersebut, sekaligus mendukung tujuan Uni Eropa dalam transisi menuju energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan.