GalaPos ID, Jakarta.
Indonesia memasuki fase pertumbuhan investor ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya, menjadikannya salah satu pasar paling atraktif di Asia Pasifik. Data terbaru menunjukkan jumlah investor pasar modal mencapai 19 juta, sementara investor kripto mencapai 17 juta per akhir Oktober 2025. Ledakan populasi investor muda menjadi faktor pendorong utama.
"Lonjakan investor muda dan pertumbuhan transaksi kripto membuat Indonesia dilirik pemain global—apakah Robinhood datang di momentum paling ideal?"
Baca juga:
- Wajah Baru Atria Hotel Malang: Modern, Elegan, dan Berbudaya
- Polemik LSPro, Ilham Permana: Ini Soal Keselamatan Publik, Bukan Kompetisi
- Seribu Event, Kolaborasi Pemerintah dan Hotel Majukan Sektor Wisata Malang
Gala Poin:
1. Indonesia mencatat lonjakan investor ritel yang didominasi generasi muda, didukung pertumbuhan IHSG dan transaksi kripto.
2. Pasar RI dinilai sebagai magnet baru perusahaan fintech global karena pertumbuhan pesat dan akses digital yang kuat.
3. Regulator mendorong inovasi tetapi tetap menekankan perlindungan investor, keamanan siber, dan kepatuhan terhadap regulasi.
IHSG tumbuh 21,5% (ytd), menjadi indeks dengan kinerja terbaik ketiga di ASEAN dan ketujuh di kawasan Asia-Pasifik. Pertumbuhan investor baru mencapai 4,28 juta orang, meningkat 58,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebanyak 54,25% investor pasar modal kini berusia di bawah 30 tahun, menegaskan transformasi generasi investor Indonesia.
Nilai transaksi aset kripto juga melonjak, mencapai Rp 409,56 triliun hingga Oktober 2025. Pada Oktober saja, volume bulanan mencapai Rp 49,28 triliun, naik 27,6% secara bulanan. Lonjakan ini semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pasar kripto terbesar di kawasan.
Kondisi tersebut menjadi daya tarik utama bagi perusahaan global, termasuk Robinhood. Pemerintah dan regulator melihat momentum ini sebagai peluang mempercepat inklusi keuangan.
Baca juga:
Rupiah Terpuruk Jelang Keputusan The Fed, Tekanan Global Menggunung
Direktur Jenderal Stabilitas & Pengembangan Sektor Keuangan Kemenkeu, Masyita Crystallin, menilai Indonesia berada pada waktu yang tepat untuk menerima inovator global.
“Ini adalah tanda yang baik. Dan di sini Anda ingin menggunakan lebih banyak teknologi, seperti yang Anda katakan, lebih memungkinkan sistem agar investor merasa nyaman menggunakannya, berinvestasi, dan merasa aman dalam melakukannya. Kami ingin memastikan bahwa bursa lebih terbuka terhadap teknologi baru dan inovasi. Sebagai bagian dari Undang-Undang Omnibus Sektor Keuangan, kami akan mendemutualisasi bursa tahun depan,” ujarnya, dikutip Senin, 8 Desember 2025.
Ia juga menegaskan rencana pemerintah untuk mendemutualisasi bursa pada tahun depan sebagai bagian dari Undang-Undang Omnibus Sektor Keuangan.
Dari sisi pengawasan, OJK tetap menuntut kepatuhan tinggi terhadap standar perlindungan investor dan keamanan data. Pernyataan Edi Broto menjadi pengingat bahwa pertumbuhan pesat harus tetap dibarengi penguatan prinsip kehati-hatian.
Bursa Efek Indonesia juga menyambut keterlibatan pemain global untuk mendorong literasi dan akses investasi. Risa E Rustam menilai bahwa kolaborasi dengan fintech global dapat mengangkat seluruh ekosistem, mendorong persaingan sehat, dan inovasi berkelanjutan.
Dengan struktur demografi muda, digitalisasi masif, dan aturan yang terus disempurnakan, Indonesia kini berdiri sebagai salah satu pasar investasi paling dinamis. Bagi pelaku global, momentum ini terlalu besar untuk diabaikan.
Baca juga:
Maraknya Jaringan Tempel Sabu dan Ganja di Bandung Raya
"Pertumbuhan pesat jumlah investor ritel, nilai transaksi kripto, dan kinerja IHSG menjadikan Indonesia pasar strategis bagi pemain global seperti Robinhood. Artikel ini membahas potensi pasar dan respons regulator."
#Ekonomi #Investor #KriptoIndonesia #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

