Ekonomi Terpukul, UMKM Sumatra Alami Kerugian Besar akibat Banjir

GalaPos ID, Jakarta.
Gelombang banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tidak hanya melumpuhkan ratusan infrastruktur, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang mulai dirasakan pelaku usaha.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyebut sektor UMKM sebagai pihak yang paling terpukul akibat kerusakan fisik, hilangnya stok, dan turunnya permintaan.

Banjir Sumatra Rusakkan Rantai Pasokan, Dunia Usaha Waspada
Pidie Jaya terdampak banjir hebat—jalan rusak, rumah terendam, dan ekonomi warga melemah drastis. Solidaritas dan bantuan sangat dibutuhkan untuk memulihkan kawasan ini. Foto: Pilo Poly

"Kerusakan 1.666 infrastruktur tak hanya memutus akses, tetapi juga menyeret UMKM, agribisnis, dan industri ke jurang kerugian: apakah pemerintah siap menghitung biaya ekonominya?"

Baca juga:

Gala Poin:
1. APINDO menegaskan UMKM, perdagangan lokal, dan industri pengolahan menjadi pihak paling terdampak banjir.
2. Gangguan pasokan bahan baku, utilitas, dan akses logistik mengancam stabilitas produksi dan biaya ekonomi wilayah.
3. Hingga kini belum ada estimasi dampak ekonomi terhadap 2026, menandakan lemahnya pemetaan risiko pascabencana.


Ketua Umum APINDO, Shinta Widjaja Kamdani, menegaskan bahwa fokus dunia usaha saat ini masih pada penanggulangan, sehingga dampak makro ekonomi belum dapat diukur.

“Apakah akan dapat dampak pada pertumbuhan ekonomi? Terus terang kami belum bisa mengevaluasi sejauh mana itu akan berdampak ke 2026. Tapi kalau kami lihat, sekarang ini kita masih dalam tahapan penanggulangan,” ujar Shinta Widjaja Kamdani, Senin, 8 Desember 2025.

Dari pemetaan awal APINDO, UMKM dan perdagangan lokal menjadi sektor yang paling terpukul.

“Dari pemetaan yang sementara kami terima, itu sektor yang paling berdampak adalah justru yang tentunya UMKM-UMKM dan perdagangan lokal ya,” jelas Shinta.

Baca juga:
Seribu Event, Kolaborasi Pemerintah dan Hotel Majukan Sektor Wisata Malang


Tak hanya pelaku mikro, gangguan juga dirasakan manufaktur dan industri pengolahan yang bergantung pada pasokan bahan baku dari Sumatra. Ketergantungan rantai pasokan ini berpotensi memicu kenaikan biaya produksi dan menekan margin industri.

“Terganggunya juga permintaan manufaktur dan industri pengolahan terutama yang bergantung pada supply bahan baku dari Sumatra. Jadi ini juga satu sektor yang harus jadi perhatian kita,” tambahnya.

Gangguan utilitas turut memperparah situasi.

“Dan juga dengan gangguan utilitas terutama air dan listrik,” kata Shinta.

Dengan banyaknya jalur logistik terputus dan ratusan titik infrastruktur rusak, risiko disrupsi ekonomi jangka menengah—mulai dari kelangkaan barang, naiknya biaya distribusi, hingga potensi perlambatan produksi—semakin nyata.

Ekonomi Terpukul: UMKM Sumatra Alami Kerugian Besar akibat Banjir

 

Namun hingga kini, belum ada estimasi resmi dari pemerintah terkait proyeksi kerugian regional maupun dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Minimnya kepastian informasi ini mengundang kritik terhadap kesiapan pemerintah dalam memetakan risiko ekonomi yang muncul dari bencana di wilayah yang menjadi salah satu sentra perdagangan dan agribisnis Sumatra.

 

 

Baca juga:
Wajah Baru Atria Hotel Malang: Modern, Elegan, dan Berbudaya

"Banjir di tiga provinsi Sumatra menghantam sektor UMKM, agribisnis, hingga industri pengolahan. APINDO menyoroti potensi dampak ekonomi yang belum terpeta jelas. Artikel ini mengulas ancaman terhadap rantai pasokan dan risiko perlambatan ekonomi."

#UMKM #Sumatra #DampakBencana #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال