Ranu Klakah, Cerita Pangan Biru dari Kaki Gunung Lemongan

GalaPos ID, Lumajang.
Dari kejauhan, Ranu Klakah tampak tenang. Namun di bawah permukaannya, danau seluas 22 hektare di kaki Gunung Lemongan itu menyimpan denyut ekonomi ratusan warga Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Di tengah keterbatasan, program pangan biru ini membuka lapangan kerja dan jadi tulang punggung ekonomi lokal.

Ranu Klakah Hidupkan Desa Tegalrandu Lewat Budidaya Ikan Nila

"Di kaki Gunung Lemongan, ada danau yang bukan sekadar sumber air, tapi sumber kehidupan. Ratusan warga Tegalrandu menggantungkan harapan pada Ranu Klakah — simbol ketahanan pangan biru dari Lumajang."

Baca juga:

Gala Poin:
1. Ratusan warga Tegalrandu menggantungkan hidup dari budidaya ikan di Ranu Klakah.
2. Program pangan biru menghidupkan ekonomi desa dan menciptakan lapangan kerja lokal.
3. Kualitas ikan nila Ranu Klakah diakui terbaik di kawasan Gunung Lemongan.


Ranu Klakah bukan hanya panorama wisata, tetapi juga pusat pangan biru (blue food), tempat ratusan warga membudidayakan ikan air tawar dalam keramba bambu.

Sejak 1995, masyarakat setempat mengembangkan perikanan keramba jaring apung (KJA) yang kini menjadi mata pencaharian utama.

Salah satu pelaku budidaya, Nur Ahmad (60), tampak mengayuh rakit bambu menuju keramba miliknya di tengah danau. Ia sudah menekuni profesi ini puluhan tahun bersama keluarganya.

“Sejak dulu kita di sini memelihara ikan keramba, menghidupi keluarga dan ingin desa ini bisa swasembada. Selain itu kita juga bisa membuka peluang pekerjaan untuk warga yang lain,” tutur Nur Ahmad.

Ikan nila menjadi komoditas andalan karena mudah beradaptasi terhadap cuaca ekstrem di bawah gunung berapi.

Baca juga:
Polisi Bongkar Sindikat Perampok Minimarket di Jawa Timur


Dalam sehari, Nur Ahmad mampu memanen hingga 10 kilogram ikan, dengan harga Rp30.000 per kilogram.

“Alhamdulillah dalam sehari kita bisa memanen ikan tidak kurang dari 10 kilogram. Harga per kilogram Rp30.000,” tambahnya.

Program pangan biru ini bukan sekadar bisnis. Menurut Nur Ahmad, sistem pembenihan dan budidaya mandiri mampu menekan biaya sekaligus menjaga kualitas ikan sejak dini.

“Setelah pembenihan, kita bisa menghemat pengeluaran dan menjaga kualitas ikan,” ujarnya.

Kini, sedikitnya 100 warga memiliki keramba di Ranu Klakah dan menghasilkan hingga 1 kuintal ikan segar per minggu. Ikan-ikan ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga diolah menjadi menu kuliner khas di gazebo terapung di tepi danau.

Pengunjung pun menikmati lalapan ikan goreng segar khas Ranu Klakah, sambil memandangi air yang berkilau di bawah sinar matahari.

Dari Danau Jadi Harapan: Pangan Biru Lumajang yang Mendunia

 

Kualitas ikan dari Ranu Klakah disebut-sebut terbaik di wilayah Gunung Lemongan. Tekstur dagingnya padat, rasanya lebih gurih dibandingkan hasil budidaya di telaga lain seperti Telaga Pakis.

Namun, di balik keberhasilan ini, para petani tetap menghadapi tantangan alam seperti fenomena bediding — suhu dingin ekstrem saat kemarau — yang bisa mengancam kelangsungan ikan yang terjadi pada tahun lalu..

Petani di keramba Ranu Klakah, Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah pernah mengalami yang nyaris bangkrut.  Ikan mendadak mati mengambang di permukaan danau akibat perubahan suhu ekstrem atau bediding, yang memicu naiknya kandungan belerang dari dasar danau ke permukaan. Terjadi pada Jumat, 19 Juli 2024, lalu.

 

 

Baca juga:
Tipe Orang yang Tidak Cocok untuk Berbisnis

"Warga Desa Tegalrandu di Lumajang membangun ketahanan pangan lewat budidaya ikan di Ranu Klakah. Di tengah keterbatasan, program pangan biru ini membuka lapangan kerja dan jadi tulang punggung ekonomi lokal."

#PanganBiru #RanuKlakah #PetaniKeramba #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال