PPATK: Mayoritas Pemain Judi Online Berpenghasilan Rendah

GalaPos ID, Jakarta.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat penurunan signifikan jumlah pemain judi online di Indonesia sepanjang 2025.
Di balik capaian ini, muncul pertanyaan: apakah angka tersebut mencerminkan perubahan perilaku masyarakat atau hanya dampak sementara dari blokir situs?

PPATK: Mayoritas Pemain Judi Online Berpenghasilan Rendah

"Jumlah pemain judi online di Indonesia anjlok hingga dua pertiga hanya dalam setahun. PPATK menyebut kebijakan tegas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menjadi faktor utama. Tapi di tengah keberhasilan statistik, publik mempertanyakan: apakah perilaku berjudi benar-benar menurun, atau justru bergeser ke platform yang lebih tersembunyi?"

Baca juga:

Gala Poin:
1. Jumlah pemain judi online di Indonesia turun 68 persen sepanjang 2025, terutama dari kalangan berpenghasilan rendah.
2. Pemerintah mengklaim penurunan terjadi berkat blokir situs dan rekening terafiliasi.
3. Meski menurun secara data, potensi perpindahan aktivitas ke platform tersembunyi masih menjadi kekhawatiran publik.

 

Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, menyebutkan bahwa jumlah pemain dengan pendapatan di bawah Rp5 juta per bulan turun drastis hingga 68,32 persen, dari 6,92 juta orang pada 2024 menjadi hanya 2,21 juta orang pada 2025.

“Iya memang terjadi penurunan signifikan di era Bapak Prabowo ini. Jumlah total pemain secara keseluruhan dibanding tahun 2024 sebanyak 9,7 juta orang, tahun 2025 ini menjadi 3,1 juta orang atau turun -68,32%,” kata Ivan, Kamis, 6 November 2025.

Menurutnya, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah masih mendominasi segmen pemain, yakni 80 persen dari total pemain judi online. Meski menurun, angka ini tetap menunjukkan bahwa judi daring masih mengakar kuat di lapisan ekonomi bawah.

“Dari total pemain dengan penghasilan kurang Rp5 juta/bulan, tahun 2024 sebanyak 6,92 juta orang, saat ini hingga Semester 1 2025 berkurang menjadi 2,21 juta orang,” jelas Ivan.

Baca juga:
Wig, WhatsApp, dan Perampokan: Cara Sadis Bripda Waldi Tutupi Kejahatan


PPATK menyebut penurunan ini dipengaruhi blokir situs dan rekening yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital. Akses ke situs judi online menurun hingga 70 persen pada kuartal ketiga 2025.

“Ini berkat kolaborasi kita semua, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital. Ini membuktikan bahwa terjadi penurunan akses masyarakat hingga 70 persen terhadap situs-situs judi online,” ujar Ivan.

Namun, sejumlah analis menilai penurunan akses tidak serta-merta berarti berkurangnya praktik. Banyak pemain diduga beralih ke aplikasi tertutup dan sistem pembayaran nonbank.

Meski demikian, Ivan memastikan pemerintah berkomitmen melanjutkan sinergi lintas lembaga.

“Tanpa intervensi pemerintah, transaksi judol dapat mencapai lebih dari Rp1.000 triliun,” tegasnya.

Pemain Judi Online Turun 68 Persen, Benarkah Efek Nyata Kebijakan Pemerintah?

Diketahui, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat penurunan drastis nilai transaksi judi online sepanjang 2025. Total perputaran dana hanya mencapai Rp155,4 triliun, turun 57 persen dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp359,8 triliun.

“Jika di tahun 2024 transaksi judi online mencapai Rp359 triliun, per kuartal ketiga tahun 2025 kami berhasil menekan hingga Rp155 triliun,” ujar Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, Kamis (6/11/2025).

 

Baca juga:
BPOM Rilis Daftar 23 Kosmetik Ilegal Beracun, Ini Nama-Namanya!

"PPATK melaporkan penurunan tajam pemain judi online hingga 68 persen sepanjang 2025. Namun, di balik capaian ini, muncul pertanyaan: apakah angka tersebut mencerminkan perubahan perilaku masyarakat atau hanya dampak sementara dari blokir situs?"

#JudiOnline #PPATK #Komdigi #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال