GalaPos ID, Jatim.
Data menunjukkan, Jawa Timur menempati peringkat ketiga nasional dengan 10.086 unit minimarket dan swalayan pada tahun 2024. Namun, tingginya angka pertumbuhan itu ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan sistem keamanan.
Kasus perampokan bersenjata baru-baru ini mengungkap lemahnya keamanan sektor ritel modern.
"Ritel modern menjamur di seluruh Jawa Timur—lebih dari 10 ribu unit berdiri megah di kota dan desa. Namun di balik lampu terang dan promo diskon, ancaman kriminal ternyata mengintai di jam-jam sepi. Kasus terbaru perampokan bersenjata menjadi alarm keras bagi dunia ritel."
Baca juga:
- Tipe Orang yang Tidak Cocok Berbisnis, Apakah Anda Termasuk diantaranya?!
- Tips Cerdas Menabung Bagi Pelajar Gen Z, Anti Boncos dan Tetap Gaya
- Awas Penipuan Ganti Barcode QRIS, Ini Cara Menghindari Modusnya
Gala Poin:
1. Jawa Timur memiliki lebih dari 10.000 minimarket, namun sistem keamanan belum sebanding dengan pertumbuhan ritel.
2. Kasus perampokan bersenjata di empat kabupaten menunjukkan lemahnya pengawasan dan kesiapsiagaan.
3. Polisi menyerukan peningkatan kewaspadaan dan evaluasi standar keamanan minimarket.
Kasus perampokan bersenjata yang baru-baru ini diungkap oleh Polda Jatim menunjukkan celah besar pada keamanan sektor ritel.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast, mengungkapkan pengungkapan ini merupakan hasil kerja cepat dan kolaboratif antara tim Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim dengan jajaran Polres setempat.
“Kasus ini melibatkan empat laporan polisi di empat wilayah berbeda. Dua orang telah berhasil kami amankan, sementara dua lainnya masih dalam daftar pencarian orang (DPO),” ujar Kombes Pol Jules Abraham Abast dalam konferensi pers, Kamis, 6 November 2025.
Dalam empat hari, kelompok perampok lintas provinsi menjarah empat minimarket di Magetan, Nganjuk, Lamongan, dan Tuban.
“Kami mengimbau masyarakat dan pengelola minimarket untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama pada jam-jam rawan,” tegasnya.
Baca juga:
Tragedi Sibolga, Ujian Toleransi dan Fungsi Masjid sebagai Ruang Publik
Penyelidikan polisi menunjukkan, para pelaku menyasar waktu sepi dengan jumlah pegawai minimal. Minimarket menjadi target mudah karena keterbatasan pengawasan dan lemahnya sistem keamanan malam hari.
“Mereka biasanya menyasar minimarket seperti Alfamart dan Indomaret. Aksi dilakukan ketika situasi sepi, biasanya tersisa dua pegawai saja di dalam toko,” jelas AKBP Arbaridi Jumhur.
Para pelaku membawa senjata rakitan, bahkan salah satunya diketahui belajar merakit senjata secara otodidak saat berada di lapas. Dari hasil aksinya, setiap kali beroperasi, kelompok ini mampu mengantongi hingga Rp 40 juta.
Kejadian ini membuka mata publik bahwa di tengah gencarnya ekspansi ritel modern, sistem keamanan justru tertinggal. Minimarket yang seharusnya menjadi ruang publik aman kini menjadi sasaran empuk kriminal terorganisir.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Timur mengungkap sindikat perampok bersenjata yang meresahkan sejumlah daerah di Jawa Timur.
Dalam waktu singkat, para pelaku menjarah minimarket di empat kabupaten berbeda: Magetan, Nganjuk, Lamongan, dan Tuban.
Baca juga:
Wig, WhatsApp, dan Perampokan: Cara Sadis Bripda Waldi Tutupi Kejahatan
"Lonjakan jumlah minimarket di Jawa Timur ternyata diikuti meningkatnya risiko kejahatan. Kasus perampokan bersenjata baru-baru ini mengungkap lemahnya keamanan sektor ritel modern."
#Keamanan #Ritel #Minimarket #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpeg)
.jpeg)