GalaPos ID, Sumsel.
Abi, seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah dasar asal Desa Sugiwaras, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, tengah berjuang menghadapi kanker mulut yang semakin parah.
Ia kini mengalami kesulitan makan, tidur, dan bahkan sering kali mengeluarkan darah dari mulutnya.
“Abi, bocah SD dari Empat Lawang, Sumatera Selatan, menderita kanker mulut dalam kondisi kritis. Minimnya fasilitas dan lambatnya penanganan medis membuat nyawanya kian terancam.”
Baca juga:
- Yaqut Hadir sebagai Saksi, Kuota Haji Rp1 Triliun Jadi Sorotan
- Akun Hilang, Instagram Nafa Urbach Tak Bisa Diakses
- Syariah atau Sensor, Seniman Nasional Kritik MPU
Gala Poin:
1. Abi, bocah SD asal Empat Lawang, menderita kanker mulut dalam kondisi kritis dan belum mendapatkan penanganan medis yang memadai.
2. Rujukan operasi ke Palembang telah disarankan, tetapi belum ada jadwal pasti, bahkan fasilitas ambulans pun belum tersedia.
3. Kasus ini menggarisbawahi kurangnya respon dan perhatian dari pemerintah terhadap krisis kesehatan anak-anak di daerah terpencil.
Kondisi Abi semakin kritis dari hari ke hari, namun tindakan medis yang seharusnya segera dilakukan belum juga dijalankan.
Dokter telah menyarankan agar Abi dirujuk ke rumah sakit di Palembang untuk menjalani operasi, tetapi jadwal penanganan yang tidak menentu membuat keluarganya hanya bisa menunggu dalam ketidakpastian.
"Setiap malam dia akan panas tinggi, sakit kepala, area sekitar rahangnya akan terasa sakit dan dalam 2 hari ini area tersebut berdarah," ujar Ismani, orang tua Abi, dengan nada penuh kekhawatiran, Senin, 1 September 2025.
Baca juga:
Cerita Tantida Isa, Relawan Bakti BUMN di Mandalika
Sejumlah bantuan dari masyarakat mulai berdatangan, menunjukkan kepedulian sosial yang masih menyala di tengah keterbatasan.
Namun hingga kini, belum terlihat adanya upaya konkret dari pemerintah daerah untuk memfasilitasi keberangkatan Abi ke rumah sakit rujukan.
Bahkan fasilitas dasar seperti ambulans pun belum tersedia. Di saat nyawa seorang anak berada di ujung tanduk, absennya respon cepat dan koordinasi dari pihak berwenang menjadi sorotan tajam.
Sementara itu, Abi hanya bisa berbaring lemah di rumah, menanggung rasa sakit yang seharusnya bisa segera ditangani secara medis.
Meski dalam kondisi lemah, Abi masih menyimpan harapan sederhana: sembuh, kembali bermain bersama teman-teman, dan duduk kembali di bangku sekolah.
Harapan yang mestinya tidak terlalu sulit diwujudkan—asal ada kehadiran nyata dari negara.
Kisah Abi mencerminkan celah besar dalam sistem layanan kesehatan yang seharusnya inklusif dan responsif, terutama bagi anak-anak yang berada dalam kondisi darurat medis.
Ketika birokrasi lamban dan fasilitas minim, nyawa anak bangsa bisa melayang hanya karena ketidakhadiran negara di saat paling dibutuhkan.
Baca juga:
Sabang Didukung Jadi Model Wakaf Pariwisata Nasional
“Di tengah derasnya anggaran dan program kesehatan pemerintah, seorang bocah di pelosok Empat Lawang justru terjebak dalam sunyi: menanti operasi yang tak kunjung pasti, melawan kanker mulut dalam kondisi kritis, tanpa ambulans, tanpa kejelasan. Ia hanya ingin satu hal—sembuh, dan kembali ke sekolah.”
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #KesehatanUntukSemua #AnakButuhPerhatian #JanganTinggalkanAbi #DaruratMedis