Situs Makam Datu Pancana Dikawal Konservasi Ilmiah UNHAS

GalaPos ID, Sulsel.
Universitas Hasanuddin melibatkan masyarakat Desa Pancana dalam pelestarian situs makam bersejarah Datu We Tenri Olle dan La Maddusila.
Program ini tidak hanya menyusun panduan teknis konservasi, tetapi juga membangun kesadaran budaya lintas generasi.

UNHAS Dampingi Masyarakat Pancana Lestarikan Makam Datu We Tenri Olle dan La Maddusila

“Warisan budaya bukan hanya tentang masa lalu. Di Desa Pancana, semangat menjaga sejarah kini ditopang kolaborasi akademisi dan warga lokal demi identitas budaya yang lestari.”

Baca juga:

Gala Poin:
1. UNHAS meluncurkan program pendampingan pelestarian situs makam bersejarah di Desa Pancana yang berlangsung hingga November 2025.
2. Kegiatan melibatkan masyarakat lokal dan menyusun panduan konservasi berbasis ilmiah serta nilai-nilai lokal.
3. Program bertujuan membangun kesadaran budaya lintas generasi dan menciptakan model pelestarian yang dapat direplikasi di wilayah lain.


Universitas Hasanuddin (UNHAS) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) memulai program pengabdian masyarakat di Desa Pancana, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

Program ini fokus pada pelestarian situs makam bersejarah Datu We Tenri Olle dan La Maddusila.

Program bertajuk Pendampingan Penyusunan Panduan Pemeliharaan Cagar Budaya bagi Juru Pelihara Situs Makam Datu We Tenri Olle dan La Maddusila berlangsung sejak Mei hingga November 2025, dan merupakan bagian dari Program Kemitraan UNHAS.

Baca juga:
Novita Hardini: UMKM Jangan Dicekik Pajak Digital
Kegiatan ini melibatkan beragam unsur masyarakat, seperti keturunan Datu Pancana yang diwakili Andi Citta Mariogi, pemuda-pemudi desa, aparat desa, serta para juru pelihara situs cagar budaya.

Tahapan awal dimulai dengan observasi kompleks makam, kemudian dilanjutkan dengan pembekalan materi konservasi pada Sabtu, 27 Juli 2025, di Balai Desa Pancana.

Ketua Tim Peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya UNHAS, Dr. Khadijah Thahir Muda, menyatakan kegiatan ini bukan semata soal pemeliharaan teknis.

“Pelestarian situs budaya memerlukan keterlibatan aktif masyarakat. Ini adalah bentuk penguatan identitas budaya dan edukasi lintas generasi,” ujarnya.

Desa Pancana Jadi Percontohan Konservasi Budaya oleh UNHAS
Tim pengabdian terdiri dari delapan peneliti lintas disiplin dari Arkeologi Islam, Cultural Resource Management, Ilmu Material, dan Sejarah.

Mereka menyusun panduan pemeliharaan berbasis konservasi ilmiah dengan pendekatan lokal.

Situs makam Islam di Pancana dinilai memiliki nilai historis, spiritual, dan sosial tinggi.

Baca juga:
Sketsa KN: Laju Rasa, Detak Kehidupan

Upaya pelestariannya merujuk pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya serta prinsip pelestarian ICOMOS (1999) yang menekankan pendekatan holistik dan berbasis komunitas.

UNHAS berharap program ini menciptakan model konservasi partisipatif yang dapat diterapkan di wilayah lain dengan potensi warisan budaya serupa.

 

 

Baca juga:
Curi Motor demi Sabu, Buronan Pembunuhan Dibekuk

“Universitas Hasanuddin melibatkan masyarakat Desa Pancana dalam pelestarian situs makam bersejarah Datu We Tenri Olle dan La Maddusila. Program ini tidak hanya menyusun panduan teknis konservasi, tetapi juga membangun kesadaran budaya lintas generasi.”

#PelestarianBudaya #WarisanSejarah #UNHASMengabdi #KonservasiCagarBudaya #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia