Mancing Perkara, Komik Absurditas Rumah Tangga yang Nyelekit
GalaPos ID, Jakarta.
Sebuah karya komik berjudul Mancing Perkara belakangan viral di jagat media sosial karena berhasil meramu humor rumah tangga menjadi sindiran sosial yang menyengat namun tetap menghibur.
Kini, menggambar sketsa bukan sekadar latihan teknis, melainkan bentuk perlawanan diam terhadap homogenisasi estetika oleh kecerdasan buatan.
“Papaaaaa!” — satu kata yang jadi jeritan anak, gema dari kekacauan rumah tangga yang tak pernah libur.
Baca juga:
- Sketsa KN: Laju Rasa, Detak Kehidupan
- Saat Komik Jadi Ruang Empati dan Refleksi Ayah Masa Kini
- Antara Rindu dan Sunyi King Nizam Sketsa
Gala Poin:
1. Komik “Mancing Perkara” merekam absurditas rumah tangga dengan gaya satir dan penuh humor.
2. Visual dan dialog mencerminkan tekanan sosial dalam keluarga urban.
3. Karya ini membuka ruang diskusi tentang komunikasi dan eksistensi peran ayah-ibu-anak.
Dalam komik ini, pembaca dibawa ke suasana pagi hari yang kacau: anak menangis histeris, ibu berteriak, ayah entah kemana, dan teman-teman anak malah memilih "bercita-cita jadi kapal laut". Kekacauan absurd ini membentuk dunia kecil yang kocak namun sarat makna.
“Gua potong dikit, gua belum merasakan hal ini. Masih sekadar imagine,” ujar King Nizam, sang kreator yang berprofesi sebagai barista di Cafe Markas Papa, Benhil, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Juli 2025.
Baca juga:
Sketsa King Nizam dan Nostalgia Motoran Tahun 90-an
Ia mengaku menggambar berdasarkan imajinasi tentang dunia rumah tangga dan inspirasi dari obrolan pelanggan.
Komik ini tak hanya sekadar lucu. Ia menyindir tekanan sosial yang kerap diabaikan: beban peran gender, absennya komunikasi dalam rumah tangga, serta mimpi-mimpi kecil yang tenggelam dalam rutinitas.
Lewat gaya visual komikal, Nizam menghadirkan karakter-karakter hidup—seorang ibu yang lembut tapi sangar, anak yang penuh ekspresi, dan figur ayah yang menghilang di waktu genting.
Satu panel bahkan menampilkan seorang anak mengutarakan cita-cita nyeleneh: “Saya ingin menjadi kapal laut.”
Baca juga:
King Nizam dan Misteri Polos di Luar, Lugas di Dalam
Kini, menggambar sketsa bukan sekadar latihan teknis, melainkan bentuk perlawanan diam terhadap homogenisasi estetika oleh kecerdasan buatan.
Ketika AI menyajikan keindahan yang instan dan universal, para pembuat sketsa mempertahankan kebebasan berekspresi yang tidak tunduk pada standar estetika buatan.
Mereka menolak menjadi pasif di tengah arus karya yang disetir data dan statistik, dan memilih untuk tetap menggambar—karena di situlah letak perbedaan antara manusia dan mesin.
Baca juga:
Sketsa "Spek 63 Free”: Sindiran atau Simbol?
“Lewat komik hitam-putih berjudul Mancing Perkara, King Nizam menggambarkan kekacauan rumah tangga dengan nuansa humor yang absurd, namun menyentuh sisi kritis kehidupan keluarga urban masa kini.”
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #KomikSosial #KritikLewatHumor #MancingPerkara