Waspada Penipuan AI, Cinta Palsu hingga Rapat Zoom Bohong
GalaPos ID, Jakarta.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini disalahgunakan untuk kejahatan digital yang makin sulit dideteksi. Dari pemalsuan identitas melalui video rapat Zoom hingga chatbot asmara, penipuan digital berbasis AI mengancam masyarakat dan korporasi global.
“Teknologi kecerdasan buatan bukan hanya memberi kemudahan, tetapi kini juga menjadi alat baru bagi penipu siber untuk menyaru, mengelabui, dan merampas uang miliaran rupiah.”
Baca juga:
- Adik Bahar bin Smith Korban Pencabulan, Dua Pelaku Diciduk Polisi
- Razia Pekat di Kos Gorontalo, Pol PP Amankan Pasangan Non-Suami Istri
- Kalah di Pengadilan, Indonesia Denda Google Rp 202,5 M Tetap Jalan
Gala Poin:
1. Penipuan digital berbasis AI makin canggih, termasuk video palsu, bukti transfer palsu, dan chatbot rayuan.
2. Pemerintah Indonesia sedang menyusun peta jalan pengembangan AI untuk memitigasi dampak negatif teknologi ini.
3. Kasus kerugian besar akibat deepfake telah terjadi di Hong Kong dan Singapura, menargetkan eksekutif dan perusahaan multinasional.
Modus penipuan menggunakan teknologi kecerdasan juga pernah disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria.
Saat menghadiri Syawal Fest PW GP Ansor Jawa Timur di Jatim International Expo, Surabaya, Minggu, 13 April 2025, Nezar meminta masyarakat lebih waspada terhadap praktik kejahatan siber yang memanfaatkan teknologi canggih seperti deepfake.
"Kita bisa menyaksikan sekarang video-video yang dihasilkan oleh AI itu nyaris sempurna, banyak orang bahkan terkecoh, bukan hanya orang awam, para ekspert pun kadang-kadang terkecoh dengan video ataupun foto yang dihasilkan karena sangat mirip dengan yang asli," ujar Nezar.
Baca juga:
HUT Jakarta ke-498, Biem Serukan Kembangkan Budaya Lokal
Nezar menambahkan, penyalahgunaan AI juga terjadi dalam bentuk bukti transfer bank palsu yang dibuat dengan sangat meyakinkan.
“Bukti transfer itu bisa dengan cepat dibuat, bahkan sampai dengan hologram yang ada di belakangnya, itu juga bisa ditiru,” tegasnya.
Ia menilai kejahatan digital berbasis AI berkembang jauh lebih cepat dibanding regulasi yang tersedia.
Baca juga:
Buka Harga IPO, CDIA Jadi Emiten Ketiga Prajogo Pangestu
Untuk itu, pemerintah tengah menyusun peta jalan pengembangan AI agar teknologi ini dapat digunakan secara positif dan meminimalkan dampak negatifnya.
Modus Baru: Penipuan Cinta, Investasi, hingga Pemerasan Eksekutif
Modus penipuan yang kini marak mencakup:
Deepfake di Rapat Zoom dan Serangan Email Bisnis (BEC)
Penjahat siber kini menggunakan video dan audio palsu untuk menyamar sebagai atasan dalam panggilan Zoom. Di Hong Kong, seorang karyawan ditipu hingga mentransfer dana hampir Rp 480 miliar setelah percaya pada rapat palsu yang seluruhnya hasil deepfake.
Chatbot AI untuk Penipuan Asmara
Penipuan cinta kini dilakukan lewat chatbot AI yang merayu korban di media sosial. Percakapan terasa natural, membuat korban kesulitan membedakan manusia dan bot.
Pelaku dari Nigeria bahkan sempat membocorkan aksi ini dalam sebuah video.
“Pig Butchering” Massal Pakai AI
Penipuan investasi yang berkedok hubungan asmara makin marak.
Pesan massal dari alat seperti “Instagram Automatic Fans” digunakan untuk menggaet korban, disertai panggilan video palsu dan kloning suara.
Baca juga:
Selain BRICS, Ini Pembicaran Prabowo dan Putin
Pemerasan Lewat Video Deepfake di Asia
Kasus pemerasan berbasis AI juga terjadi di Singapura. Penjahat digital mengirim email berisi video palsu yang mencatut wajah pejabat, menuntut uang tebusan dalam bentuk kripto.
Video dibuat menggunakan gambar publik dari LinkedIn atau YouTube, lalu dimanipulasi menggunakan perangkat lunak deepfake.
Sementara, Niki Luhur, CEO VIDA, menilai keamanan data pribadi masih sering diabaikan.
Baca juga:
Saham Merah Massal, IHSG Terkapar di Tengah Ketegangan Global
Dalam peluncuran Whitepaper VIDA Deepfake Shield di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa, 24 April 2024, ia mengingatkan potensi bahaya teknologi ini.
"Dulu, ini cuma tools lucu, buat dandan jadi lebih cantik atau jadi binatang. Tapi sekarang bukan sekadar filter saja. Saya bisa mengubah identitas saya jadi orang lain dan lebih bahaya lagi ada yang bisa menjadi saya," ungkapnya.
Perusahaan Global Juga Jadi Korban
Salah satu kasus besar terjadi awal tahun ini. Sebuah perusahaan multinasional kehilangan sekitar Rp 400 miliar akibat rapat Zoom palsu.
Baca juga:
Duduk di Teras, Warga Batu Bara Ditembak OTK
Seorang karyawan menerima pesan dari “CFO pusat” untuk melakukan transaksi rahasia. Ia diminta bergabung dalam panggilan video yang ternyata seluruh pesertanya adalah penipu dengan wajah dan suara palsu.
“Dalam video conference yang berisi banyak orang, ternyata semua yang dilihat itu palsu,” sebut Chan, dikutip dari South China Morning Post, 5 Februari 2024.
Baca juga:
Respon Kilat Call Center 110, Satresnarkoba Batu Bara Ternyata Zonk
“Kejahatan siber kini semakin canggih dengan teknologi AI. Mulai dari video palsu rapat Zoom hingga chatbot asmara, penipuan digital mengincar masyarakat dan perusahaan.”
#PenipuanDigital #WaspadaAI #DeepfakeIndonesia #KeamananSiber #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia