IHSG Terkoreksi, Ini Penyebabnya Menurut BEI

GalaPos ID, Jakarta.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi koreksi tersebut, salah satunya ketegangan perdagangan global yang melibatkan Amerika Serikat (AS).

Sentimen Global Pengaruhi Pasar Saham Indonesia, Begini Penjelasan BEI

"Pasar saham Indonesia terkoreksi akibat beberapa faktor global dan domestik, termasuk kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan sentimen pasar yang dipengaruhi oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Dalam keterangan, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman menjelaskan berbagai faktor penyebabnya, mulai dari kebijakan suku bunga tinggi di AS hingga pemangkasan rating pasar Indonesia oleh MSCI. Artikel ini merangkum penjelasan Iman Rachman mengenai kondisi pasar saham Indonesia dan respons terhadap pengaruh global serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk menghadapinya."

Baca juga:


Gala Poin:
1. Ketegangan perang tarif antara AS dan mitra dagang memengaruhi pasar saham Indonesia.
2. Kebijakan suku bunga tinggi The Fed dan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS memberikan dampak negatif.
3. Pemangkasan rating MSCI terhadap Indonesia menambah sentimen negatif di pasar saham domestik.

Menurut Iman, salah satu faktor utama adalah perang tarif antara AS dan mitra dagangnya.

Hal ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar, yang membuat aliran dana asing lebih memilih untuk masuk ke pasar AS.

"Kemarin saya hadir bersama Bu Mari Elka Pangestu, dia bilang bahwa 70 persen dana itu flat to quality to US. Jadi dana asing itu sekarang masuk ke AS," ujar Iman dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu,1 Maret 2025.

Baca juga:
Menelusuri PDAM Makassar, Jejak Arsitektur Kolonial yang Tetap Hidup

Selain faktor perang tarif, kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), juga memberikan dampak signifikan.

The Fed cenderung mempertahankan suku bunga acuan yang lebih tinggi untuk menjaga stabilitas inflasi di AS.

"Meskipun saya dapat update, paling banyak The Fed akan menurunkan suku bunga sekali dalam setahun ini. Namun, suku bunga ini sensitif terhadap pasar saham dan ekuitas," tambah Iman.

Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS juga memberi dampak negatif. IKK AS mencatatkan penurunan terbesar sejak Agustus 2021 pada Februari 2025, yang menambah ketidakpastian di pasar global.

Baca juga:
Ketum KSPSI Puji Kebijakan Prabowo yang Berpihak pada Buruh

Sementara itu, di kawasan Asia, Bank of Korea menurunkan suku bunga acuannya menjadi 2,75 persen, yang memengaruhi sentimen pasar Asia.

"Kita harus waspada, karena saat ini 40 persen transaksi saham melibatkan investor asing. Jika pasar terus turun, ada hampir 40 persen investor ritel dari domestik yang akan ikut terpengaruh," kata Iman.

Dari dalam negeri, Iman juga menyoroti pemangkasan rating pasar saham Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang memberikan sentimen negatif di pasar saham domestik.

Baca juga:
Hukuman Crazy Rich Budi Said Diperberat, Bayar Emas Antam 1,136 Ton

Pada 26 Februari 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal balik sebesar 25 persen pada mobil Eropa dan barang lainnya.

Selain itu, tarif pada Meksiko dan Kanada akan berlaku mulai 2 April 2025, lebih cepat dari jadwal sebelumnya.

Baca juga:
Tim OPKA Investigasi Penurunan Pajak Sawit Aceh 2024


"Koreksi signifikan pada IHSG tak lepas dari pengaruh global yang mempengaruhi investor asing. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengungkapkan faktor-faktor utama yang menjadi penyebabnya."


#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #IHSG #SukuBunga #TarifPerdagangan