Kematian Ikan Misterius, PKS Gunung Bayu Tunggu Hasil Lab Dinas Lingkungan Hidup

GalaPos ID, Sumut.
Ribuan ikan mati secara mendadak di Desa Mangkai Lama, Kecamatan Batu Bara, menjadi sorotan publik. Kelompok budidaya ikan air tawar Teratai Mangkai Lama melaporkan kejadian tersebut kepada pihak terkait, dengan dugaan kuat bahwa limbah dari Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Gunung Bayu yang bocor ke sungai menjadi penyebabnya.

Ribuan ikan yang mati mendadak di Desa Mangkai Lama, Kecamatan Batu Bara, pada awal tahun 2025 menjadi sorotan. Kelompok budidaya ikan setempat melaporkan dugaan rembesan limbah dari Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Gunung Bayu

"Kematian ribuan ikan di Desa Mangkai Lama mengundang perhatian, dengan dugaan kuat limbah dari Pabrik Kelapa Sawit Gunung Bayu menjadi penyebabnya. Namun, pengelola pabrik membantah menerima laporan terkait hal ini dan masih menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut."

Namun, dalam wawancara dengan manajer PKS Gunung Bayu, Rahyumi Arsa, yang ditemui pada Kamis, 09 Januari 2025, ia mengonfirmasi adanya rembesan limbah dari pabrik yang mengalir ke sungai. Meski demikian, ia menegaskan tidak pernah menerima surat pemberitahuan resmi dari kelompok budidaya ikan Teratai Mangkai Lama yang mengklaim kerugian akibat kematian ikan-ikan tersebut.

“Sampai saat ini kami tidak ada menerima surat dari kelompok budidaya ikan air tawar yang ada di Desa Mangkai Lama. Bahkan kami mengetahui persoalan ini dari pemberitaan,” ujar Rahyumi.

Baca juga:

Kelompok budidaya ikan Teratai Mangkai Lama sebelumnya mengirimkan surat resmi kepada pihak pabrik pada 2 Januari 2025, yang ditandatangani oleh Kepala Desa Mangkai Lama, Sardalisyah.

Dalam surat tersebut, Sekretaris Kelompok Teratai, Ngatinah (49), melaporkan kematian massal ikan nila yang terjadi pada 1 Januari 2025.

Kemungkinan penyebabnya adalah pembuangan limbah dari PKS Gunung Bayu ke sungai yang mengalir ke lokasi kerambah budidaya ikan mereka.

Baca juga:
Seram! Gelombang PHK Awal 2025, Ribuan Pekerja Terancam Menganggur

Kerugian yang ditaksir mencapai sekitar Rp 70.400.000 (tujuh puluh juta empat ratus ribu rupiah) akibat matinya sekitar 5.400 ekor ikan nila (sekitar 1.800 kg).

"Saya berharap masalah ini segera ditindaklanjuti oleh pihak manajemen Gunung Bayu," ungkap Ngatinah dalam surat tersebut.

Mengenai dugaan limbah penyebab kematian ikan, Rahyumi Arsa menjelaskan bahwa pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup.

Baca juga:
Sembilan Cara Efektif Hasilkan Uang dari Website

Ia mengakui bahwa pada 29 Desember 2024, tanggul limbah di pabrik memang sempat longsor akibat hujan deras dan dorongan air dari danau resapan.

Setelah diperiksa, rembesan limbah tersebut memang terdeteksi mengalir ke sungai, tetapi penyebab kematian ikan masih belum dapat dipastikan.

“Kami masih menunggu hasil dari Dinas Lingkungan Hidup untuk mengetahui dengan pasti apakah rembesan ini yang menyebabkan kematian ikan di lokasi kerambah,” pungkas Rahyumi.

Baca juga:
Denny Sumargo Ambil Alih Pengalihan Donasi: "Jangan Macam-Macam Sama Gue"

Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat setempat dan kelompok budidaya ikan berharap agar permasalahan ini segera teratasi dan ditemukan solusi yang memadai guna mencegah terulangnya insiden serupa. Taufiq BB