GalaPos ID, Jakarta.
Di balik rasanya yang memperkaya makanan, garam menyimpan risiko yang kerap disepelekan masyarakat. Makanan rumah tangga, masakan restoran, hingga makanan instan menjadi penyumbang utama tingginya konsumsi garam harian.
Ketika dikonsumsi berlebihan, garam tak sekadar menjadi bumbu, melainkan pemicu gangguan kesehatan berantai.
"Mengapa garam bisa membuat tubuh lebih sering buang air kecil hingga menyebabkan pembengkakan? Temuan ilmiah berikut mengungkap sisi lain garam yang jarang dibicarakan publik."
Baca juga:
- Tips Perawatan Jenggot, Dari Minyak Hingga Pola Makan
- Operasi SAR Majenang Memasuki Hari Kritis
- 10 Cara Menghafal, Mana yang Benar Bekerja untuk Otak?
Gala Poin:
1. Garam berlebih meningkatkan frekuensi berkemih dan menimbulkan pembengkakan tubuh akibat retensi cairan.
2. Konsumsi natrium berlebih berpotensi menyebabkan hipertensi dan komplikasi serius.
3. Kebiasaan makan modern membuat masyarakat tidak menyadari tingginya konsumsi garam harian.
Salah satu dampak yang paling sering dikeluhkan adalah meningkatnya frekuensi buang air kecil. Penelitian dr. Matsuo Tomohiro dari Nagasaki University pada 2017 menunjukkan hubungan kuat antara konsumsi garam dan pola berkemih.
Orang lanjut usia bahkan cenderung terbangun di tengah malam. “Mengurangi konsumsi garam hingga 25 persen sudah cukup untuk menurunkan frekuensi buang air kecil di malam hari,” ungkapnya.
Selain memengaruhi ginjal dan sistem kemih, garam berlebih juga menimbulkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu seperti jari, mata, atau kaki. Retensi cairan terjadi ketika natrium mengikat cairan di dalam jaringan, membuat tubuh tampak lebih berat dan kurang nyaman.
Tidak berhenti pada pembengkakan, risiko lebih serius mengintai: hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat berkembang perlahan tanpa gejala, tetapi berpotensi memicu penyakit jantung dan stroke.
Baca juga:
Novita Hardini: Investasi LCI Harus Turunkan Pengangguran
Di titik inilah konsumsi garam menjadi isu kesehatan publik yang perlu mendapat perhatian lebih besar dari masyarakat maupun pemerintah.
Kebiasaan makan masyarakat modern memperparah kondisi ini. Makanan tinggi sodium membuat lidah kehilangan sensitivitas rasa, sehingga seseorang membutuhkan lebih banyak garam untuk merasakan gurih.
“Menambahkan garam pada berbagai makanan sehat… justru membuat lidah kita tak lagi mampu menerima rasa masakan yang lebih hambar,” kata Moloo Gazzaniga.
Sementara itu, sensasi kembung juga menjadi keluhan umum. “Garam di dalam tubuh mampu menahan atau mengikat cairan… menyebabkan sensasi kembung yang tidak nyaman dan berlangsung cukup lama,” jelas Bonne Taub-Dix.
Di tengah meningkatnya konsumsi makanan cepat saji, peringatan para pakar ini seharusnya menjadi alarm bagi publik. Tanpa perubahan pola makan, garam dapat menjadi ancaman diam-diam yang merusak kesehatan jangka panjang.
Baca juga:
Nuklir Iran dan Diplomasi yang Diputus di Ujung Senjata
"Efek fisiologis konsumsi garam berlebih, termasuk kenaikan frekuensi berkemih, pembengkakan tubuh akibat retensi cairan, dan potensi hipertensi yang mengintai."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #AsupanGaram #KesehatanGinjal #CegahHipertensi
.jpg)
.jpg)