Didik: KTT BRICS Buka Jalan Investasi dan Industri Hijau

GalaPos ID, Jakarta.
Kehadiran Presiden RI Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang berlangsung di Brasil pekan ini dinilai sebagai momentum strategis kebangkitan diplomasi Indonesia.
Pakar menilai partisipasi Indonesia dalam forum BRICS memberi peluang besar dalam diplomasi global, akses investasi, dan keseimbangan geopolitik dunia.

Pakar: KTT BRICS Momentum Kebangkitan Diplomasi Indonesia
Foto: BPMI Setpres

“Ketika geopolitik dunia kian mengeras antara blok Barat dan Timur, Indonesia justru hadir sebagai penyeimbang—dan momentum itu dimulai dari panggung BRICS.”

Baca juga:

Gala Poin:
1. Kehadiran Presiden Prabowo di KTT BRICS disebut strategis untuk diplomasi Indonesia dan posisi sebagai penyeimbang global.
2. Forum BRICS+ dinilai berpotensi besar secara ekonomi meski belum memiliki kekuatan militer seperti blok lainnya.
3. Indonesia disarankan fokus mengembangkan industri hijau, pangan, dan energi berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Menurut pakar ekonomi Didik J Rachbini, partisipasi aktif Indonesia dalam forum tersebut membuka akses baru terhadap investasi, pendanaan alternatif, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan penyeimbang global.

“Kehadiran Presiden Prabowo dalam pertemuan BRICS akan memberi makna strategis bagi kebangkitan diplomasi Indonesia. Peluang dan manfaatnya terbuka akses pendanaan alternatif, investasi, peluang kerja sama teknologi, hingga diversifikasi mitra dagang. Yang paling penting, Indonesia bisa memainkan peran sebagai kekuatan penyeimbang global di tengah pertarungan blok Barat dan Timur,” ujar Didik dalam siaran pers yang diterima GalaPos ID, Selasa, 8 Juli 2025.

Baca juga:
Sketsa "Spek 63 Free”: Sindiran atau Simbol?
Rektor Universitas Paramadina itu menilai keterlibatan Indonesia di BRICS dan Global South adalah wujud nyata dari praktik politik luar negeri bebas aktif. Terlebih, forum ini dihadiri oleh 30 kepala negara dan pimpinan organisasi internasional, yang menunjukkan bahwa BRICS akan memainkan peran penting dalam dinamika global ke depan.

“Meskipun belum memiliki aliansi militer kuat, tetapi kekuatan ekonomi BRICS+ sangat besar dan signifikan,” katanya.

Peluang Industri Hijau dan Ekonomi Nasional
Didik menambahkan, krisis global dan dinamika ekonomi internasional bisa dimanfaatkan Indonesia sebagai peluang untuk mengembangkan industri hijau.

KTT BRICS Jadi Momentum Diplomasi Baru RI
Foto: BPMI Setpres

Ia mencontohkan kebijakan dalam pengolahan nikel, pengembangan baterai kendaraan listrik (EV), hingga ekspor produk bernilai tambah sebagai cara meningkatkan devisa dan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kebijakan ini akan mendapat dukungan dari dunia internasional, baik dari pemerintah maupun swasta. Dengan dorongan ini, pertumbuhan ekonomi kita bisa naik dari bawah 5 persen menjadi 6 persen, bahkan mendekati 7 persen dalam beberapa tahun ke depan,” tuturnya.

Menurutnya, pemerintah perlu menghindari stagnasi industri yang hanya tumbuh 3–4 persen dan segera mengadopsi kebijakan yang lebih progresif.

Baca juga:
Reptil Jadi Rezeki, Kisah Romly dan Koleksi Eksotisnya

Selain sektor hijau, peluang juga terbuka lebar di sektor pangan dan energi berkelanjutan.

“Ini merupakan program pokok pemerintah sekarang, yang begitu serius menjadi perhatian Presiden langsung. Petani beras distimulasi langsung dengan kebijakan harga tinggi sehingga produksi dan stok beras meningkat. Ini bisa sinambung jika diikuti oleh kebijakan produktivitas di tingkat petani on farm dan efisiensi dalam tata niaganya,” ucap Didik.

 

Baca juga:
571 Ribu Penerima Bansos Main Judi Online, Transaksi Hampir Rp 1 Trililun

“Kehadiran Presiden Prabowo di KTT BRICS Dinilai Jadi Babak Baru Diplomasi Indonesia. Pakar menilai partisipasi Indonesia dalam forum BRICS memberi peluang besar dalam diplomasi global, akses investasi, dan keseimbangan geopolitik dunia.”

#DiplomasiRI #BRICS2024 #PrabowoDiKTTBRICS #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia