Jejak Buram Perempuan Aceh, Penantang Penguasa lewat Seni

GalaPos ID, Aceh.
Sejarah mencatat banyak kisah kepahlawanan perempuan Aceh, namun tak semua namanya tetap dikenang. Salah satu sosok yang nyaris hilang dari ingatan adalah seorang penyanyi perempuan di Pidie pada tahun 1892.
Ia dikenal karena kepiawaiannya berimprovisasi dalam pembacaan pantun, yang secara terselubung mengungkap rahasia pribadi para hulubalang.

Pantun yang Menentang Kekuasaan: Kisah Perempuan Penyanyi Pidie 1892. Kritik Sosial Melalui Seni: Peran Perempuan Aceh dalam Sejarah Seni Rakyat
Ilustrasi: Perempuan Aceh. Istimewa
 

"Seni pertunjukan bukan sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi senjata perlawanan. Di Aceh tahun 1892, seorang penyanyi perempuan berani menyuarakan kritik sosial lewat pantun, bahkan di hadapan penguasa. Namun, namanya kini hampir tak dikenal. Siapakah dia?"
1. Penyanyi Aceh 1892, Seorang perempuan di Pidie dikenal sebagai penyanyi yang berani menyampaikan kritik sosial melalui pantun.
2. Seni sebagai Protes, Pertunjukan yang dibawakan bersama suaminya, Pang Pasi, digunakan untuk mengungkap kebijakan para hulubalang.
3. Sejarah yang Terlupakan, Konflik berkepanjangan di Aceh menyebabkan minimnya dokumentasi sejarah perempuan ini dalam seni pertunjukan.

 

Sang penyanyi tidak sendiri. Dalam pertunjukannya, suaminya yang dikenal sebagai Pang Pasi berperan sebagai badut, menciptakan nuansa humor dalam kritik sosial yang mereka sampaikan.

Pasangan ini bahkan pernah tampil di "Istana" Keumala, tempat para petinggi kerajaan berkumpul.

Pegiat seni nasional Rasyidin Wig Maroe, yang juga Dosen Teater di ISBI Aceh, menemukan informasi ini dalam catatan Snouck Hurgronje.

Menghidupkan Kembali Kisah Perempuan Penyanyi yang Menantang Uleebalang Aceh
Rasyidin Wig Maroe. Istimewa

Baca juga:
Cahaya Ramadhan, Yayasan Geutanyoe Berbagi untuk Rohingya dan Warga

Namun, ia menyayangkan minimnya dokumentasi tentang perempuan ini dan perannya dalam sejarah seni Aceh.

"Dalam tahun 1892 di Pidie ada seorang wanita yang mendapat nama tenar sebagai penyanyi, khususnya berkat keahliannya berimprovisasi dalam pembacaan pantun yang secara terselubung memperkatakan rahasia pribadi para hulubalang. Suaminya Pang Pasi bermain sebagai badutnya. Kabarnya pasangan tersebut pernah menyelenggarakan pertunjukan yang sukses di 'Istana' Keumala," ujar Rasyidin, Jum'at, 14 Maret 2025.

Baca juga:
Hindari Penipuan Bodong! Ini Cara Aman Berinvestasi Emas

Pertunjukan yang mereka bawakan bukan sekadar hiburan, melainkan juga bentuk protes terhadap kebijakan para hulubalang yang dinilai merugikan rakyat.
 
"Dia menolak kerja-kerja uleebalang yang melakukan kejahatan. Dengan cara berpantun dan bersyair, ia memprotes kebijakan Uleebalang di Kerajaan Keumala," jelas Rasyidin.
 
Menurutnya, keberanian perempuan ini menunjukkan bahwa seni di Aceh kala itu tidak hanya berkembang dalam ranah hiburan, tetapi juga menjadi alat kritik sosial yang efektif.

Baca juga:
Duh Cantik-Cantik! Kasus Pengeroyokan, Dua Ibu Muda di Bangka Selatan Ditangkap

Sayangnya, sejarah perempuan ini nyaris terlupakan. Rasyidin menilai, salah satu penyebabnya adalah konflik berkepanjangan di Aceh yang menyebabkan banyak catatan sejarah hilang atau tidak terdokumentasikan dengan baik.

"Banyak sejarah Aceh yang kabur akibat konflik yang terus menerus terjadi, sehingga sulit untuk menemukan catatan lengkap mengenai perempuan ini," tambahnya.

Dalam penelitiannya, Rasyidin juga menemukan bahwa pertunjukan mereka memiliki kemiripan dengan Mak Yong, seni teater tradisional Melayu yang menggabungkan tari, musik, dan drama.

Mak Yong di Pidie: Perempuan dan Suami yang Menggugat Kekuasaan di Aceh

Baca juga:
Tragis! Wutuh (80 Tahun), Korban Longsor Brebes, Ditemukan Meninggal

Mak Yong sendiri telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2005, menegaskan pentingnya seni ini dalam sejarah budaya dunia.

Rasyidin yang tengah menyelesaikan studi doktoralnya di ISI Surakarta terus menggali sejarah seni Aceh.

Ia berharap seni pertunjukan Aceh, termasuk kisah perempuan ini, dapat terdokumentasikan dengan baik untuk generasi mendatang.

"Banyak seni pertunjukan Aceh yang tidak tertulis dalam literasi nasional. Ini menjadi tantangan bagi kita untuk terus meneliti dan mengangkat kembali sejarah yang hilang," tutupnya.


Baca juga:
Pasangan Remaja Buang Bayi Hasil Cinta Terlarang, Ditangkap Polisi
 

"Seorang perempuan Aceh yang tenar sebagai penyanyi di Pidie pada 1892 ternyata memiliki peran besar dalam sejarah seni pertunjukan. Ia dan suaminya, Pang Pasi, menyampaikan kritik sosial melalui seni pantun dan pertunjukan yang berani. Namun, jejak sejarahnya nyaris terlupakan."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #SejarahAceh #SeniPertunjukan #JejakBudaya