Pengamat Rusia Tuding Protes di Venezuela Didanai AS

GalaPos ID, Moskow.

Anggota delegasi pengamat Rusia sekaligus anggota majelis rendah parlemen Rusia, Alexey Volotskov menuduh bahwa protes di Caracas, Venezuela, setelah pemilihan presiden dibiayai oleh Amerika Serikat (AS). Volotskov, yang juga merupakan anggota delegasi pengamat internasional, menyatakan bahwa AS memiliki kepentingan tersendiri di Venezuela dan mensponsori oposisi negara tersebut.

Anggota delegasi pengamat Rusia sekaligus anggota majelis rendah parlemen Rusia, Alexey Volotskov menuduh bahwa protes di Caracas, Venezuela, setelah pemilihan presiden dibiayai oleh Amerika Serikat (AS)
X @AlanRMacLeod

"Tentu saja, ini pasti pendanaan dari luar negeri. Pandangan radikal dari orang-orang muda yang berpikiran hooligan ini mungkin mencari keuntungan ekonomi dari situasi ini, seperti mengambil properti, merusak, dan mencuri. Semua ini mungkin diperburuk oleh motif ekonomi," ujar Volotskov.

Ia menambahkan, "Hari ini, dari jendela hotel kami, kami melihat bagaimana para pengunjuk rasa mengejar seorang polisi yang mengendarai sepeda motor, menjatuhkannya, lalu mengambil sepeda motor tersebut dan mengendarainya. Ini sekali lagi menunjukkan bahwa ada komponen properti dan ekonomi di sini, di mana orang-orang dalam kerusuhan ini mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan ekonomi mereka sendiri."

Volotskov juga menilai bahwa "perampokan dan tindakan bandit, dikombinasikan dengan dukungan, slogan, dan pendanaan, tidak bisa disembunyikan. Negara Amerika, yang memiliki kepentingannya sendiri di sini dan membiayai oposisi serta kerusuhan yang sedang berlangsung di Venezuela, terutama di Caracas," katanya.

Baca: Ancam Balik Erdogan, Israel: "Akan Bernasib Seperti Saddam Hussein"

 

Ia mengklaim bahwa manifestasi ekstremisme di Venezuela setelah pemilihan adalah tindakan yang dipentaskan dan tidak memiliki dampak signifikan terhadap proses pemilihan. Pada hari Minggu, pemilihan presiden berlangsung di Venezuela, dan presiden petahana, Nicolas Maduro, dinyatakan sebagai pemenang. Protes dimulai pada hari Senin di Caracas, diiringi dengan bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

Pemerintah Venezuela menuduh sejumlah negara campur tangan dalam pemilu dan melanggar hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri. Pemimpin oposisi Maria Corina Machado, yang dilarang mencalonkan diri dalam pemilu tersebut, memiliki hubungan panjang dengan organisasi-organisasi yang didanai oleh AS.

Organisasi yang didirikannya, Sumate, menerima dana dari AS melalui National Endowment for Democracy. Pada awal hingga pertengahan 2000-an, Machado dan tiga pemimpin Sumate lainnya menghadapi persidangan panjang dengan tuduhan pengkhianatan.

Baca: Yaman Siapkan Serangan Balasan ke Objek Vital Israel, Perang Gaza Meluas Libatkan Hamas-Hizbullah-Houthi



Menurut kabel diplomatik yang diungkap oleh Wikileaks pada tahun 2011, pemerintah AS secara terbuka dan tertutup mendukung Sumate serta menekan negara-negara lain untuk mendesak Venezuela mencabut tuduhan tersebut. Kabel rahasia tertanggal 14 Juni 2005 menggambarkan dampak pertemuan antara Machado dan Presiden AS saat itu, George W. Bush.

Pertemuan tersebut dianggap memberikan "dorongan moral yang sangat dibutuhkan" bagi lawan-lawan Presiden Venezuela saat itu, Hugo Chavez.

"Para penentang Presiden Chavez menyambut pertemuan pada 31 Mei dengan tepuk tangan karena mereka merasa telah menusuk mata Chavez, dan mereka merayakannya meski harus mengesampingkan perbedaan mereka sejenak," ungkap isi telegram tersebut.

Baca: Bantuan Kurban 6000 USD untuk Palestina dan Yaman Disalurkan KOSPY

 

Telegram itu juga menambahkan bahwa mereka tidak ingin terlihat terlalu dekat dengan Sumate.

"Penting untuk membiarkan organisasi tersebut memanfaatkan lonjakan ini sendiri. Identifikasi publik yang terlalu jelas dengan AS bisa menjadi kontraproduktif. Namun, pada saat yang sama, kita perlu memastikan bahwa Sumate memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan kesempatan ini," jelas telegram tersebut.