Batu Bara Anjlok 2024, India dan Badai Australia Jadi Faktor Utama
GalaPos ID, Jakarta.
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak Februari ditutup di posisi US$ 121,65 per ton pada Rabu, 24 Januari 2024, setelah mengalami penurunan signifikan sebesar 1,3%. Angka ini mencatatkan harga terendah dalam 2,5 tahun terakhir, bahkan lebih rendah dari 15 Juni 2021 yang tercatat di level US$ 119 per ton.
"Harga batu bara kembali jatuh, menyentuh titik terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Dengan proyeksi energi terbarukan yang terus berkembang dan dampak bencana alam di Australia, sektor batu bara kini menghadapi tantangan besar. Tak hanya itu, langkah besar India dalam mengurangi ketergantungan pada impor gas juga mempengaruhi harga batu bara global."
Baca juga:
Gala Poin:
1. Harga batu bara ICE Newcastle jatuh ke posisi terendah sejak Juni 2021, terpengaruh oleh proyeksi energi terbarukan dan penurunan permintaan batu bara.
2. Badai tropis Kirrily di Australia menyebabkan ancaman terhadap kelancaran ekspor batu bara yang mempengaruhi harga pasar.
3. India mengurangi impor batu bara dengan meluncurkan proyek gasifikasi batu bara yang akan mengurangi ketergantungannya pada pasokan global.
Anjloknya harga batu bara ini tak terlepas dari sejumlah faktor yang terus menekan prospek pasar batu bara.
Salah satunya adalah proyeksi dari Energy Information Administration (EIA) yang menyebutkan bahwa energi baru terbarukan (EBT) akan semakin mendominasi bauran energi dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Data dari International Energy Agency (IEA) memperkirakan EBT akan berkontribusi sebesar 37% dari total pembangkitan listrik dunia pada 2026.
Baca juga:
Pakuwon Jati Tbk: Dari Perfilman hingga "Raja Mal" Properti Indonesia
Penurunan biaya energi surya yang pesat menjadi pendorong utama perubahan tersebut.
“Penurunan konsumsi batu bara semakin terlihat seiring dengan meluasnya penggunaan energi terbarukan. Hal ini diprediksi akan terus berlanjut, dengan penurunan rata-rata 1,7% per tahun dalam penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik hingga 2026,” kata salah seorang analis energi yang diwawancarai oleh Gala Pos.
Kondisi ini memperlihatkan tren penurunan permintaan batu bara dalam jangka panjang, sehingga memengaruhi pergerakan harga yang cenderung tertekan.
Baca juga:
Daftar Perusahaan Properti di BEI, Pilihan Investasi Menjanjikan
Selain proyeksi EBT, harga batu bara juga terpengaruh oleh kondisi cuaca ekstrem di Australia.
Badai tropis Kirrily yang menghantam Queensland mengancam kelancaran ekspor batu bara, termasuk di pelabuhan-pelabuhan utama seperti Abbot Point, Dalrymple Bay, dan Hay Point.
Badai ini menyebabkan penundaan transaksi yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga pasar batu bara global.
Baca juga:
Saham dengan Dividen Besar di 2025, Peluang Cuan atau Risiko?
Sementara itu, di sisi konsumen, India, sebagai negara terbesar kedua dalam konsumsi batu bara dunia, berencana mengurangi ketergantungannya pada impor energi fosil, termasuk batu bara.
Melalui proyek gasifikasi batu bara, India bertujuan untuk memanfaatkan cadangan batu bara domestik yang melimpah guna mengurangi ketergantungan pada gas alam dan LPG.
Proyek ini diharapkan mulai beroperasi pada 2028-2029, yang berpotensi mengurangi impor batu bara dan lebih lanjut mempengaruhi pasar global.
Baca juga:
Ini 18 Saham dengan Dividen Tinggi 2025
"Harga batu bara terus mengalami penurunan tajam, mencapai level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Sentimen negatif dan perubahan tren energi global menjadi faktor utama yang menekan harga komoditas vital ini."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #HargaBatuBara #EnergiTerbarukan #PasarEnergi