Gus Miftah Minta Maaf Guyonan kepada Penjual Es Teh: Saya Berlebihan

GalaPos ID, Jakarta.
Penceramah kondang Miftah Maulana Habiburrahman, yang dikenal sebagai Gus Miftah, akhirnya meminta maaf setelah ucapannya yang dinilai menghina seorang penjual es teh viral di media sosial.
Permintaan maaf ini disampaikannya melalui sebuah video yang dikutip oleh GalaPos ID, Rabu, 4 Desember 2024.

“Dengan kerendahan hati saya minta maaf atas kekhilafan saya. Saya memang sering bercanda dengan siapa pun, maka untuk itu atas candaan kepada yang bersangkutan saya akan meminta maaf secara langsung, semoga dibukakan pintu maaf untuk saya,” ujar Gus Miftah dalam video tersebut.

Ia mengakui bahwa guyonannya saat menegur penjual es di tengah kerumunan jamaah telah melampaui batas.

“Kemudian yang kedua, saya minta maaf atas kegaduhan ini yang merasa terganggu dengan candaan saya, yang dinilai oleh masyarakat mungkin berlebihan,” tambahnya.



Kronologi Kejadian yang Viral
Kontroversi ini bermula saat Gus Miftah hadir dalam acara Magelang Bersholawat Bersama Gus Miftah Habiburrahman, Gus Yusuf Chudlori, dan Habib Zaidan Bin Yahya. Dalam acara tersebut, seorang pedagang es teh dan air mineral kemasan berdiri di antara jamaah dengan membawa dagangannya di atas kepala.

Ketika beberapa peserta meminta Gus Miftah memborong dagangan pedagang itu, ia justru melontarkan guyonan yang dianggap merendahkan.

“Es tehmu masih banyak tidak? Masih? Ya sana jual go!*,” celetuknya menggunakan bahasa Jawa.



Guyonan ini terekam dalam sebuah video yang kemudian diunggah ke kanal YouTube PCNU Kabupaten Magelang. Video tersebut viral pada Selasa (3/12/2024) dan menuai banyak kecaman dari warganet.


Kritik Tajam dari Inayah Wahid
Di tengah polemik ini, putri almarhum Gus Dur, Inayah Wahid, turut menyampaikan kritik keras melalui media sosialnya. Ia menyoroti pentingnya menjaga martabat manusia, terutama bagi seorang pemuka agama.

“Ga ada gunanya kamu sok mborong es tehnya kalo kamu merendahkan Beliau di depan publik. Yang wajib itu menjaga harkat martabat sesama manusia, bukan mborong dagangan,” tulis Inayah.



Ia juga menyindir status pemuka agama yang seharusnya dilandasi ilmu dan akhlak.

“Susah emang kalo pemuka agama jalur ngaku-ngaku bukan jalur ngilmu. Lebih mulia dagang es teh daripada dagang agama,” tegasnya.

Peristiwa ini pun menjadi pelajaran bagi banyak pihak untuk menjaga etika dan menghormati sesama dalam setiap interaksi.