Lestarikan Tradisi Malam 1 Suro, Ritual Jamasan Pusaka di Kabupaten Batang Tetap Terjaga
GalaPos ID, Batang.
Tradisi malam satu Suro terus melekat dalam budaya Nusantara, khususnya ritual jamasan, sebuah prosesi penyucian pusaka di Jawa Tengah. Malam Tahun Baru Jawa atau Malam 1 Suro yang bertepatan dengan Malam 1 Muharram 1446 Hijriyah kembali dirayakan dengan penuh makna sakral oleh masyarakat Islam di tanah Jawa.
Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan ini adalah ritual jamasan, sebuah prosesi penyucian pusaka yang dilakukan sebagai simbol pembersihan dan penghormatan terhadap peninggalan leluhur. Di Kabupaten Batang, ritual jamasan berlangsung dengan khidmat di Pendapa Kabupaten Batang. Tombak Pusaka Kyai Abirawa, sebuah pusaka yang sudah ada sejak pemerintahan Mataram Islam, menjadi pusat dari ritual tersebut.
Prosesi ini diawali dengan kirab Tombak Pusaka Kyai Abirawa beserta Payung Sungsung Tunggul Naga, dan diiringi oleh 70 pusaka lainnya yang terdiri dari 55 tombak, 14 keris, dan 1 pedang. Kirab ini mengelilingi Pendapa dengan diiringi aroma harum dupa dan air kembang setaman yang melingkupi seluruh area, menciptakan suasana sakral.
Ahli waris Tombak Pusaka Kyai Abirawa, Raden Susanto Waluyo, memulai prosesi dengan memanjatkan doa kepada Allah Ta'ala. Selanjutnya, Penjabat Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki, memimpin ritual penyucian dengan membasuh ujung tombak, sebagai simbol pembersihan dan pelestarian budaya.
"Ini tidak hanya sekadar membersihkan, tapi sebuah upaya untuk melestarikan budaya dan mengingatkan generasi muda bahwa Batang memiliki tombak pusaka peninggalan leluhur yang merupakan simbol perjuangan di era Mataram Islam," tegas Lani Dwi Rejeki, usai menjamas, di Pendapa Kabupaten Batang, Sabtu 6 Juli 2024.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang, Bambang Suryantoro Sudibyo, menambahkan bahwa prosesi kirab selama ini hanya dilakukan di area pendapa, namun tidak menutup kemungkinan untuk dikirab keluar di masa mendatang.
Ketua Paguyuban Tosanaji Abirawa, Ibnu Kharis, mengungkapkan bahwa bagi masyarakat Jawa, Malam 1 Suro memiliki makna istimewa. "Ini menjadi simbol bahwa manusia harus memiliki jiwa yang bersih, sama halnya dengan pusaka yang harus dijaga kebersihannya," katanya.
Ritual jamasan bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh sembarang orang. Prosesi ini membutuhkan doa-doa khusus serta uborampe yang terdiri dari minyak wangi, kembang setaman, dupa, air kelapa, dan jeruk nipis. Semua syarat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesi penjamasan. Tidak ketinggalan, gending Jawa juga dilantunkan selama prosesi untuk memperkuat aura kesakralan Malam 1 Suro.
Dengan melaksanakan ritual jamasan ini, masyarakat Kabupaten Batang tidak hanya menjaga pusaka peninggalan leluhur, tetapi juga melestarikan budaya yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan sejarah. Perayaan Malam 1 Suro menjadi pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga tradisi dan menghormati warisan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu.