Penerapan IPTEK, Belasan Kepala Desa di Indonesia Belajar Pengentasan Kemiskinan di China
GalaPos ID, Beijing.
Sebanyak belasan kepala desa dari Indonesia yang mengikuti program Benchmarking berkesempatan untuk belajar langsung mengenai pengentasan kemiskinan di China. Salah satu agenda penting mereka adalah pertemuan dengan Direktur Divisi Pengentasan Kemiskinan dan Layanan Kewirausahaan Kementerian Pertanian dan Pedesaan China, Hu Manhua.
Dalam diskusi yang berlangsung usai kunjungan ke Pasar Induk Xinfadi, Hu Manhua menjelaskan bahwa kunci keberhasilan China dalam mengurangi kemiskinan di daerah tertinggal terletak pada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Menurutnya, inovasi berbasis sains sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan di pedesaan.
“Menghapus kemiskinan harus menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inovasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini,” ujar Hu Manhua pada Jumat, 20 September 2024.
Hu menjelaskan, sebelum 2016, terdapat sekitar 128.000 desa di China yang tergolong miskin karena keterpencilannya dan kurangnya sumber daya.
Namun, dengan program peningkatan Iptek yang diterapkan di sekitar 100.000 desa, termasuk pelatihan dan pengadaan teknologi pertanian, angka kemiskinan berhasil ditekan secara signifikan.
Salah satu contoh keberhasilan adalah Kabupaten Ansai, yang sebelumnya dikenal miskin karena kondisi geografisnya yang tandus.
Melalui pemanfaatan teknologi rumah kaca, kabupaten tersebut kini mampu memproduksi terong dan meraup pendapatan hingga 130.000 Yuan per tahun.
“Pada 1990, wilayah ini masih berupa gurun tandus, tetapi pada 2023, rumah kaca telah menggantikan gurun, membawa kemakmuran ekonomi,” tambah Hu Manhua.
Hu juga menekankan bahwa inovasi tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah pusat, tetapi peran kepala desa yang memahami kondisi lokal sangat krusial dalam mengimplementasikan perubahan di desa mereka.
Kepala desa dari Indonesia pun menyambut hangat ide-ide yang disampaikan dalam diskusi tersebut. Ari Setiawan, Kepala Desa Krasak dari Magelang, Jawa Tengah, mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi China serupa dengan yang terjadi di Indonesia.
Sehingga strategi yang diterapkan di China sangat mungkin diaplikasikan di tanah air.
“Saya tertarik dengan teknologi rumah kaca yang dapat meningkatkan produksi pertanian. Saya akan mencoba menerapkannya di desa saya sendiri dan akan memulai dengan lahan pribadi. Jika berhasil, ini akan menjadi percontohan bagi masyarakat desa,” ungkap Ari optimistis.
Ari yakin bahwa penerapan teknologi ini akan membawa dampak positif bagi ekonomi desa, khususnya dalam peningkatan produktivitas pertanian.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PPKTrans) Kemendes PDTT, Danton Ginting Munthe, menjelaskan bahwa kunjungan ini berlangsung di dua kota, yakni Beijing dan Chengdu, dengan fokus utama pada pembangunan pedesaan dan penerapan teknologi pertanian.
“Program kali ini lebih terfokus karena kami hanya mengunjungi dua kota, sehingga lebih efektif. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan China terkait pengentasan kemiskinan, khususnya di pedesaan Indonesia,” ujar Danton.
Selama kunjungan ini, para kepala desa juga mengikuti audiensi dengan pejabat Kementerian Pertanian dan Urusan Perdesaan China (MARA), serta mengunjungi beberapa lokasi penting seperti Pusat Pengembangan Teknologi Pedesaan, Tianfu Agricultural Expo Park, Universitas Pertanian Sichuan, dan pusat penangkaran panda di Chengdu.
Kunjungan ini juga dihadiri oleh Kepala Biro Umum dan Layanan Pengadaan, Andi Nita Arie, serta Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rosyid.